RENUNGAN REL KERETA
Pandanganku jauh ke selatan, sepanjang rel kereta yang memanas pada kedua sisinya. Kira-kira 20 menitan menunggu kereta api menuju Jakarta, namun kereta itu tak juga datang. Mungkin ada gangguan sinyal, atau mungkin ada gangguan tehnis, atau mungkin-atau mungkin ......ah..., aku jadi bosan menunggu. Menunggu ketidakpastian pada ruang waktuku. Ya, aku jenuh menanti sebuah harapan yang tak pernah hadir disisiku sebagai entitas kehidupanku.
Aku merasa terhalangi oleh takdir. Terhalangi untuk berbuat lebih baik, seakan aku diinginkan untuk tetap di sini, dalam kegelapan, ketidakpastian.
Hati dan kepalaku kian memanas, sepanas baja lintasan kereta tua di Jakarta. Untunglah, Dewi Angin menghembuskan jiwanya menggerakkan dedaunan. Sejuk di belakang telinga kurasakan. Satu hal yang selalu memberikan ketenangan dalam hatiku. Inikah wujud kemurahan Sang Pencipta? lalu nikmat manakah yang kembali aku dustakan?
Dari kejauhan, lokomotif selatan telah nampak dan melengkingkan bunyinya, sangat nyaring. Dan aku bersiap mencari kepastian.
Hatiku kini bersyukur, menyesali sumpah serapah yang mengalir dari ujung lidah. Mengapa tidak bisa aku sadari sejak tadi apa yang aku sadari saat ini. Perasaan tenang............, seandainya aku bersabar tadi. Seandainya aku berpikir positif tadi. seandainya...., seandainya...., ah aku bosan juga.
Begitu mudah hatiku terbolak-balik, semudah kertas-kertas berserakan tertiup angin kesana-kesini di sisi-sisi jalan.
Wahai Maha Pembolak-balik hati, teguhkanlah keyakinanku.Jazz
7 September 2005, 13:05 pm Jakarta, aku bosan
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home